Laman

Rabu, 14 November 2012

Berpayung Sebuah Harapan


Malam ini hujan menguyur kota dengan derasnya, yang terdengar hanyalah suara gemuruh bersaut-sautan. aku terbangun dari lelapnya tidur. pikirku sedang resah bercampur kebahagian karena besok aku akan bertemu dengan senja. tak terasa waktu tlah sempurna memejamkan mataku kembali, membuat tertidur hingga esok hari menjelang .
Hujan yang turun semalam masih meninggalkan hawa dingin yang membuatku enggan untuk melangkahkan kakiku. tidak ku sangka ternyata waktu berputar begitu cepatnya. tak terasa sudah bertahun tak pernah bertemu, tak terhitung berapa jumlah kerinduanku ini tersimpan. Setelah lama berpisah kini perempuan yang aku rindu selama berpuluh tahun hadir di depan mataku.
Cukup lama aku pandang wajahnya. “Dia” yaah, perempuan berpostur sedang, alis tebal, wajah bulat terdapat tai lalat di dekat matanya, dia yang dulu selalu menemaniku. selalu bisa buat tersenyum ketika sedih menghampiriku. Siapa lagi kalau bukan senja, perempuan cantik yang membuat hatiku tenang bila di sisinya. Hahaha jelas saja aku berkata seperti itu, sebab bagaimanapun aku sayang padanya.
“Hai apa kabar” tanyaku
“Alhamdulillah ya.. beginilah” jawabnya agak lemas
“ kamu masih sama ya,,” kataku
“ sama apaan, dah beda..sekarang mau diajak kemana aku” tanyanya
“masih sama seperti dulu, masih yang tercantik hahaha” candaku.
“dah ndak usah dibahas, kita mau kemana” tanyanya lagi
“kemana aja boleh” jawabku singkat
“aku nurut aja lah,, dah hampir kabur bayangan kota ini, tak hafal lagi” kata senja sambil tersenyum
Aku dan dia selalu saja ngobrol di sepanjang jalan, entah apa yang kami obrolkan akupun tidak tau, yang pasti bahan pembicaraan kami tidak ada habis-habisnya. bagiku hari ini hari yang membahagiakan, seakan tak ingin cepat berlalu hari ini.
motor melaju menuju ke sebuah kota, kota kecil sebelah tempat kami berdua tinggal. kebetulan memang bulan ini bulat Mulut. bulan  Mulut  merupakan bulan di mana kita memperingati ulang tahun nabi Muhammad s.a.w. upacara seperti ini orang jawa menyebutnya dengan istilah "Sekaten", upacara yang hanya ada setahun sekali. berbangga hati memang orang yang tinggal di kota ini, kota kecil namun banyak menyimpan keanekaragaman budaya. banyak kesenian yang muncul dari kota ini sampai banyak turis yang sengaja ingin berlibur menikmati indahnya kota ini.
agak sepi saat ini, karena hujan tlah turun kembali menguyur kota dengan derasnya. walau turun hujan, suasana sepi.  senyum, tawa kami pun terpecah juga bersama butiran hujan yang turun, sampai lupa waktu akan berganti petang

***
malam hari
tak lupa aku mengingatkan senja.  jangan telat makan ya dik, jangan terlalu capek, jangan tidur terlalu malam, jaga kesehatannya. aku lakuin semua ini karena aku begitu mencintainya. perhatianku memang hanya untuk dia.
Entah kenapa tiba-tiba aku merasa cemas dengan dirinya. ku coba kirim sebuah pesan untuknya. Tapi senja tak membalasnya. "kenapa dia? kenapa tidak membalas" pertanyaan yang ada dalam hatiku.
kurebahkan tubuh sambil tangan kunyalakan DVD yang letaknya tak jauh diriku. tak berapa lama dah terdengar mengalun lagu green day.

Summer has come and passed
The innocent can never last
wake me up when september ends
as my memory rests
but never forgets what I lost
wake me up when september end
s

setiap lagu ini mengalun, mulut seakan dengan sendirinya mengikuti liriknya. tiba-tiba hpku berbunyi. “tit..tit..tit tit..” dengan segera pandangku melihat inbox yang masuk,  karena ku tau itu pasti sms senja.
“kak, besok aku balik, kamu gak boleh sedih ya, cukup aku yang sedih,” pesan singkatnya.
“balik? Kenapa? liburannya kok cepat banget?” tanyaku penasaran.
“Aku harus cepat balik kak.” ujar senja.
“Kamu bohongkan dik?kamu bercandakan?” dengan segera aku membalasnya.
“tidak kak, aku tidak bohong besok aku balik ” balasnya
resah begitu begitu cemas hati ini, bagai tak pecaya semua ini terjadi kembali padaku. "apa ini sudah jadi nasibku, harus bejalan sendiri lagi tanpa ada hadirmu lagi" guman dalam hati.
senja,,,, jika kalau memang harus pergi tolong ngertiin perasaanku, ngerti keadaanku sedikit saja. hati ini sudah sakit untuk menahan rasa yang kedua kalinya. aku tak ingin seperti dulu. berjalan sendiri tanpa ada kamu.
“dik,, jangan pergi lagi ya” ku coba balas smsnya, tapi cukup lama tidak dibalas
“udah kak, aku tahu kakak masih sayang dan mencintaiku.  masih terlihat dari mata kakak ketika kita berpisah pulang kemaren, seperti tak rela aku pergi lagi. Aku juga masih sayang kakak, tapi kak.. kita sudah jauh beda ndak seperti dulu lagi. Kalau nanti jodoh, pasti kita bertemu lagi kak. Dah ya tidur aku capek..met malem kak..” balas SMS senja
 malam ini
jam kamar ternyata dah menunjukkan pukul dua namun mata seakan tak bisa terpejam. langit-langit kamar sekan ikut menatap kearahku bagai ikut merasakan kesedihanku.

***.
Pagi hari
wajah terlihat kusut bagai pakaian seminggu lamanya tak tercuci. berbanding terbalik dengan wajah yang kemaren, wajah yang dipenuhi dengan senyuman. notebook kunyalahkan, kusengaja pandangi wajah senja yang masih tersimpan di sini. cukup lama memang ku pandangi foto senja. pikiranku entah kemana, aku seperti bukan menjadi diriku sendiri. kadang-kadang terlintas lagi pertanyaan "mengapa kamu selalu begini dik..pergi tanpa sedikitpun mau mengerti tentang keadaanku".
kucoba bangkit beranjak dari kamar, kaki berjalan lalui berpuluh anak tangga menuju ruang bawah. kusandarkan tubuhku di atas sofa. bayangan senja seakan-akan tetap saja mengikuti kemana aku berada berakibat pertanyaan-pertanyaan ini sering bermunculan "senja kenapa dari dulu sampai sekarang kita tak pernah bisa bersatu, ki taselalu terpisah. ini semua salahmu senja !! kenapa egois itu yang selalu ada dalam pikiranmu. kamu pentingkan diri kamu sendiri tanpa pahami keadaanku" marahku.
***
Angkutan kota saling berlarian membelah jalan raya sepanjang perumahan, pasar, dan perkantoran  der.derrr.derrr HP bergetar, kulihat ada SMS masuk
"kak nanti aku balik ke kota jam 5 naik kerata dari solo" pesan senja
"tunggu aku ya dik, aku akan ke sana" ku coba balas smsnya
"untuk apa kak?gak usah kak" balas senja
"tunggu aku" balasku singkat
"percuma kak, kakak kesini pasti gak dizinin masuk" balasnya lagi.
Ku nyalakan mobil, melaju kencang menyusuri jalan-jalan kota yang begitu ramainya. Kadang-kadang sepintas ku tengok jam tanganku“aku tak mau terlambat, aku ingin bertemu senja”batinku
Tak berapa lama, tiba juga di depan stasiun. terlihat di depan stasiun antrean penumpang yang saling berjejer sampai berdesakan memenuhi pintu masuk.  terlihat di sebelah barat pintu masuk stasiun, terlihat seorang pengemis yang berharap hari ini mendapatkan keberuntungan dari orang memberikan sedikit uang recehnya. langkah kaki tak henti mencari jalan masuk ke dalam stasiun sambil ku tuliskan sms “kamu di mana?” sms ku.“di  dalam kereta kak” jawabnya. “yang mana keretanya banyak, gerbong nomer berapa” tanyaku.“gerbong nomor 7, memangnya kamu di mana?” jawabnya. “aku dah di stasiun dik. aku duduk di deret sebelah barat. aku pakai kaos putih pakai topi hitam. "kamu bisa liat aku kan dik?? tanyaku dalam sms
“ ya kak, aku dah liat kakak” jawabnya
 “dasar stress kenapa harus nekat ke sini” terlontar kata dari senja ketika kami bisa saling memandang, saling tersenyum. Bercakap pun kami tak dapat banyak, karena sudah terdengar jelas aba-aba bahwa kereta segera berangkat.

pelan-pelan roda kereta saling berkejaran
Hari ini,  Aku duduk di tengah keramaian. Yaaah.. hari ini aku berada di stasiun kereta solo, sungguh akan menjadi tempat yang paling ku benci, Aku termenung. Tak sedikit pun pandanganku ku lepaskan dari wajahmu. Aku seperti enggan pulang. Aku seperti ingin bersamamu pergi meninggalkan kota ini. gerbong-gerbong kereta yang berlarian melengkapi kepucatan wajah dan beratnya mata yang menahan beban air ini. kini kamu benar-benar jauh lagi, meninggalkan kota ini.  tanpa kusadari pesan senja pun tertulis
Kak...
Hari ini aku akan pergi
Entah kapan aku kembali
Relakan ku pergi
Pastikan ku kan kembali
Menanti-menanti dan menanti
Menunggu janji cinta sejati..
Maafkan bila ku begini
Semua demi kebahagian
Sejati

untuk senja

Langit pun gini telah berubah ungu dan kelam
Sirine berteriak  sebagai tanda
Gerbong-gerbong mulai berlarian
Semakin lama titik itu pun menghilang
kau lambaikan tangan sebagai tanda perpisahan
Tangan ini tak sanggup bergerak
Bibir tak bisa berkata
Tak rela kau pergi lagi
Hanya lingkaran cahaya ini
Yang akan selalu aku simpan
Menanti kembali,
menanti untuk kembali
Kembali tuk aku miliki

Balas senja
Kereta telah pergi berlalu
Ku di sini termangu
Menatap dirimu yang sendu
Hati ini sangat pilu
Selamat tinggal sayang
Doakan aku kembali pulang
Aku tak kan menghilang
Sampai nyawaku melayang
Andai waktu bisa berputar
Aku ingin kembali
Seperti 12 tahun yang lalu

entah mengapa aku begitu RAPUH….
Aku pun tak tahu jawabannya, hanya bisa BERPAYUNG SEBUAH HARAPAN menerima keadaan seperti ini tanpa berkata apapun,. Kalaupun harus berkata, aku mesti berkata pada siapa? Rasanya aku ingin teriak sekeras – kerasnya. Tapi, aku tahu itu semua tak ada gunanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar